Produksi antibiotik merujuk pada proses pembuatan senyawa antibiotik, yaitu zat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen seperti bakteri, jamur, atau protozoa. Antibiotik sering digunakan dalam pengobatan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan beberapa jenis jamur. Produksi antibiotik bisa dilakukan melalui berbagai cara, namun sebagian besar antibiotik yang digunakan saat ini diproduksi oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
1. Sumber Antibiotik
Sebagian besar antibiotik berasal dari mikroorganisme, yang menghasilkannya sebagai bagian dari metabolisme sekunder untuk bertahan hidup di lingkungan yang kompetitif. Beberapa mikroorganisme terkenal sebagai produsen antibiotik, seperti:
-
Jamur: Seperti Penicillium (yang menghasilkan penisilin) dan Cephalosporium (yang menghasilkan sefalosporin).
-
Bakteri: Seperti Streptomyces (yang menghasilkan streptomisin, tetracycline, dan erythromycin), Bacillus (yang menghasilkan bacitracin), dan Micromonospora (yang menghasilkan gentamisin).
2. Tahapan Produksi Antibiotik
Proses produksi antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa tahap utama:
a. Isolasi dan Pemurnian Mikroorganisme Penghasil Antibiotik
-
Langkah pertama dalam produksi antibiotik adalah isolasi mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa antibakteri. Mikroorganisme ini biasanya ditemukan di tanah, air, atau bahan organik lainnya.
-
Setelah ditemukan, mikroorganisme tersebut dipurifikasi dan diuji untuk memastikan kemampuannya menghasilkan antibiotik yang diinginkan.
b. Fermentasi
-
Proses utama dalam produksi antibiotik adalah fermentasi menggunakan mikroorganisme penghasil antibiotik. Fermentasi dilakukan dalam bioreaktor besar, yang menyediakan kondisi yang ideal (nutrisi, suhu, pH, oksigen) untuk pertumbuhan mikroorganisme.
-
Mikroorganisme tersebut diberi medium fermentasi yang mengandung sumber karbon (seperti glukosa), nitrogen, dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Selama fermentasi, mikroorganisme akan mengubah bahan-bahan ini menjadi metabolit sekunder yang berupa antibiotik.
-
Produksi antibiotik sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk komposisi medium, suhu, pH, dan kecepatan aerasi.
c. Ekstraksi dan Pemurnian
-
Setelah periode fermentasi selesai, antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme diekstraksi dari medium. Proses ini dapat melibatkan berbagai teknik ekstraksi, seperti ekstraksi cair-cair, pemrosesan dengan pelarut organik, atau filtrasi.
-
Setelah antibiotik diekstraksi, senyawa tersebut masih mengandung banyak zat lain yang tidak diinginkan, sehingga perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut melalui teknik seperti kromatografi untuk memperoleh antibiotik murni.
d. Formulasi dan Pengemasan
-
Setelah antibiotik dimurnikan, ia diproses lebih lanjut untuk bentuk sediaan yang sesuai untuk digunakan, seperti tablet, kapsul, cairan injeksi, atau salep.
-
Proses ini juga melibatkan penambahan bahan tambahan (seperti pengawet, eksipien, atau pengikat) agar antibiotik stabil, efektif, dan aman digunakan oleh pasien.
-
Antibiotik yang sudah diformulasikan kemudian dikemas dalam bentuk yang siap untuk distribusi dan penggunaan medis.
3. Metode Produksi Antibiotik
Produksi antibiotik umumnya dilakukan dengan dua pendekatan utama:
a. Produksi Fermentasi Tradisional
Pada metode ini, mikroorganisme yang dipilih ditumbuhkan dalam bioreaktor besar yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mikroorganisme untuk memproduksi antibiotik. Selama proses ini, mikroorganisme menghasilkan antibiotik sebagai produk sampingan metabolik. Setelah produksi, antibiotik diekstraksi dan dimurnikan.
b. Rekayasa Genetik
Dalam beberapa tahun terakhir, rekayasa genetik telah digunakan untuk meningkatkan produksi antibiotik. Proses ini melibatkan pengenalan gen penghasil antibiotik dari mikroorganisme tertentu ke dalam mikroorganisme lainnya (seperti bakteri atau ragi). Dengan cara ini, mikroorganisme tersebut dapat diprogram untuk memproduksi antibiotik dalam jumlah yang lebih besar dan lebih efisien.
Misalnya, rekayasa genetik digunakan untuk meningkatkan produksi penisilin dan streptomisin dengan memperkenalkan gen penghasil antibiotik ke dalam strain bakteri atau jamur yang lebih efisien.
4. Jenis-Jenis Antibiotik yang Diproduksi
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya atau berdasarkan cara kerjanya. Beberapa jenis antibiotik yang diproduksi secara industri antara lain:
-
Penisilin: Dihasilkan oleh jamur Penicillium. Ini adalah antibiotik pertama yang ditemukan dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram-positif.
-
Sefalosporin: Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Sefalosporin sering digunakan untuk infeksi yang lebih berat atau yang tidak dapat diobati dengan penisilin.
-
Streptomisin: Dihasilkan oleh bakteri Streptomyces griseus. Digunakan untuk mengobati infeksi tuberkulosis.
-
Tetrasiklin: Dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens dan digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri.
-
Erythromycin: Dihasilkan oleh Saccharopolyspora erythraea dan digunakan untuk infeksi saluran pernapasan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Antibiotik
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan efisiensi produksi antibiotik meliputi:
-
Komposisi Medium: Jenis karbon, nitrogen, dan mineral yang ada dalam medium fermentasi sangat mempengaruhi laju pertumbuhan mikroorganisme dan produksi antibiotik.
-
Kondisi Lingkungan: Suhu, pH, dan oksigen sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme mikroorganisme.
-
Genetik Mikroorganisme: Strain mikroorganisme yang lebih produktif atau yang telah direkayasa secara genetik dapat menghasilkan antibiotik dalam jumlah yang lebih besar.
-
Durasi Fermentasi: Waktu fermentasi harus diatur dengan hati-hati, karena produksi antibiotik biasanya terjadi pada fase stasioner pertumbuhan mikroorganisme.
6. Perkembangan Terbaru dalam Produksi Antibiotik
-
Rekayasa Metabolik: Dengan menggunakan teknik seperti CRISPR dan sistem regulasi metabolik, para ilmuwan dapat memodifikasi jalur metabolik mikroorganisme untuk meningkatkan produksi antibiotik atau membuat antibiotik baru yang lebih efektif.
-
Antibiotik Sintetis dan Semi-Sintetis: Selain antibiotik alami, ada juga antibiotik sintetis atau semi-sintetis yang diproduksi melalui modifikasi struktur senyawa alami untuk meningkatkan aktivitas atau mengatasi resistansi antibiotik.
7. Tantangan dalam Produksi Antibiotik
-
Resistansi Antibiotik: Salah satu masalah terbesar yang dihadapi industri farmasi adalah resistansi antibiotik. Penggunaan antibiotik secara berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan mikroorganisme mengembangkan ketahanan terhadap antibiotik, yang membuat pengobatan menjadi lebih sulit.
-
Biaya Produksi: Beberapa antibiotik masih diproduksi menggunakan metode fermentasi tradisional yang memerlukan biaya tinggi, meskipun teknik rekayasa genetik dan fermentasi berkelanjutan dapat membantu menurunkan biaya.
Kesimpulan
Produksi antibiotik adalah proses kompleks yang melibatkan pemilihan mikroorganisme penghasil antibiotik, fermentasi, ekstraksi, pemurnian, dan formulasi untuk menghasilkan produk yang siap digunakan. Dengan teknologi modern, seperti rekayasa genetika dan fermentasi berkelanjutan, produksi antibiotik semakin efisien dan dapat menghasilkan antibiotik dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan medis global. Namun, tantangan seperti resistansi antibiotik dan biaya produksi tetap menjadi masalah besar yang perlu ditangani dalam industri farmasi.